Anemia Aplastik


Anemia aplastik adalah kelainan darah yang terjadi ketika sumsum tulang belakang berhenti memproduksi sel darah baru, baik sel darah merah, darah putih, maupun trombosit. Di dalam tubuh manusia, sel darah memiliki peran yang berbeda-beda. Sel darah merah berperan sebagai pembawa oksigen ke seluruh tubuh, sel darah putih bertugas melawan infeksi, sedangkan trombosit berfungsi untuk mencegah perdarahan.
Anemia aplastik merupakan penyakit langka yang bisa terjadi pada pria dan wanita di segala usia. Namun, kelainan ini lebih banyak ditemukan pada orang dewasa berusia 20-an dan usia lanjut yang tinggal di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Seseorang yang mengalami anemia aplastik sering kali merasa lemas, kurang bertenaga, dan berisiko mengalami infeksi serta perdarahan secara berlebihan.
sakit kepala
Anemia aplastik bisa terjadi secara bertahap dalam hitungan minggu dan bulan. Kondisi ini juga bisa muncul secara tiba-tiba. Jika anemia aplastik terjadi pada seseorang dengan kadar darah yang sangat rendah, kondisi ini bisa berdampak fatal dan mengancam nyawa.

Berdasarkan penyebabnya, anemia aplastik dibagi menjadi dua tipe, yaitu:
  • Anemia aplastik keturunan. Kondisi ini disebabkan oleh kelainan genetika yang lebih banyak terjadi pada anak-anak dan remaja. Penderita penyakit ini juga berisiko terkena penyakit lain, seperti leukimia.
  • Anemia aplastik bukan keturunan. Kondisi ini sering terjadi pada orang dewasa karena sistem imun yang terganggu. Gangguan itu bisa disebabkan oleh radiasi atau kemoterapi pada pengobatan kanker, racun kimiawi, virus HIV atau Epstein-Barr, atau karena pengaruh pengobatan tertentu.

Gejala Anemia Aplastik

Gejala anemia aplastik tergantung pada jenis sel darah yang kadarnya rendah. Jika sel darah merahnya rendah, seseorang akan mengalami kesulitan bernapas, kelelahan, pusing, sakit kepala, nyeri dada, detak jantung tidak teratur, serta wajah menjadi pucat.
Jika sel darah putihnya rendah, seseorang akan mudah mengalami infeksi dan demam. Jika trombosit berada di bawah batas normal, seseorang akan mudah mengalami perdarahan, muncul luka memar, ruam kulit, mimisan, dan gusi berdarah.

Penyebab Anemia Aplastik

Anemia aplastik terjadi karena kerusakan pada sumsum tulang, sehingga menyebabkan produksi sel darah melambat atau menurun. Kerusakan ini sangat berbahaya karena sumsum tulang berperan besar dalam menghasilkan sel punca (stem cells) yang memproduksi sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.
Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan kerusakan sumsum tulang, antara lain:
  • Gangguan autoimun. Gangguan ini menyebabkan sistem imun menyerang sel-sel yang sehat, termasuk sel punca yang berada di dalam sumsum tulang.
  • Radiasi dan kemoterapi. Dua jenis pengobatan ini bertujuan untuk membunuh sel kanker. Namun terkadang pengobatan ini turut merusak sel-sel yang sehat.
  • Infeksi virus. Anemia aplastik bisa terjadi karena pengaruh beberapa jenis virus, seperti hepatitis, Epstein-Barr, cytomegalovirus, parvovirus B19, dan HIV.
  • Penggunaan obat-obatan tertentu. Anemia aplastik bisa dipengaruhi oleh beberapa jenis obat antibiotik dan obat untuk mengatasi rheumatoid arthritis.
  • Paparan racun kimia. Paparan racun kimia yang sering digunakan pada pestisida dan insektisida bisa memicu terjadinya anemia aplastik, terutama jika paparan itu terjadi secara terus-menerus.
  • Kehamilan. Pada ibu hamil, anemia aplastik bisa muncul karena pengaruh gangguan autoimun, dimana sistem imun di dalam tubuh akan menyerang sumsung tulang selama masa kehamilan.

Diagnosis Anemia Aplastik

Dokter akan mendiagnosis anemia aplastik melalui pemeriksaan fisik, gejala-gejala yang dialami, serta peninjauan riwayat kesehatan keluarga pasien. Di samping itu, dokter akan melakukan tes darah dan biopsi sumsum tulang.
Berikut penjelasanya:
  • Tes darah. Pada kondisi normal, kadar sel darah merah, sel darah putih, dan trombisit berada di batas tertentu. Seseorang diduga mengalami anemia aplastik jika salah satu atau ketiga sel darah itu berada di bawah batas normal.
  • Biopsi sumsum tulang. Pada tahap ini, dokter akan mengambil sampel sumsum tulang dari tulang panggul untuk diperiksa dengan mikroskop. Sumsum tulang penderita anemia aplastik hanya mengandung sedikit sel darah.

Pengobatan Anemia Aplastik

Jenis pengobatan terhadap anemia aplastik tergantung kepada kondisi pasien dan tingkat keparahannya. Berikut adalah jenis-jenis pengobatan pada anemia aplastik:
  • Obat-obatan antibiotik. Penderita anemia aplastik sering kesulitan melawan bakteri atau virus karena kadar sel darah putihnya rendah. Selain itu, anemia aplastik membuat sistem imun seseorang menjadi sangat lemah. Obat-obatan antibiotik sangat diperlukan untuk mencegah atau mengatasi infeksi agar infeksi yang terjadi tidak menjadi semakin parah.
  • Transfusi darah. Metode ini digunakan untuk mengontrol perdarahan, mengurangi gejala-gejala yang muncul, serta menyuplai sel darah yang tidak bisa diproduksi sumsum tulang, agar kadar sel darah kembali normal. Pengobatan ini berisiko menyebabkan peningkatan kadar zat besi di dalam darah dan bisa mengganggu fungsi beberapa organ tubuh.
  • Transplantasi sel punca. Pada metode ini, dokter akan mencangkok sel punca yang sehat dari pendonor untuk diberikan ke penderita anemia aplastik melalui infus. Namun, tidak selamanya pengobatan ini berjalan lancar. Pada beberapa kasus, tubuh pasien menolak sel punca yang dicangkok dari pendonor. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa menyebabkan komplikasi yang berbahaya.
  • Imunosupresan. Metode ini bertujuan mengontrol aktivitas sistem imun yang merusak sel punca dengan menggunakan obat-obatan, seperti cyclosporine atau kortikosteroid. Umumnya, metode ini dilakukan jika penderita anemia aplastik tidak bisa diobati dengan metode transplantasi sel punca.
  • Stimulan sumsum tulang. Agar sumsum tulang bisa kembali memproduksi sel darah yang baru, dokter bisa memberikan obat stimulan seperti sargramostim, filgrastim, pegfilgrastim, dan epoetin alfa. Metode ini sering dikombinasikan dengan imunosupresan.

Pencegahan Amenia Aplastik

Beberapa langkah di bawah ini bisa dilakukan untuk mencegah agar gejala-gejala anemia aplastik tidak semakin parah:
  • Mencuci tangan secara teratur, terutama setelah beraktivitas di luar ruangan.
  • Mengurangi olahraga berat guna menurunkan risiko perdarahan karena kontak fisik.
  • Beristirahat secara cukup bila perlu.
  • Menghindari kerumunan masyarakat umum agar tidak mudah tertular penyakit.

Komentar

Postingan populer dari blog ini